Minggu, 11 Juli 2021

INOVASI PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

 


            Pendidikan merupakan hal yang begitu penting bagi kalangan masyarakat Indonesia. Dalam buku “SEJARAH PENDIDIKAN NASIONAL, DARI MASA KLASIK HINGGA MODERN” karangan Muhammad  Rifa’I bahwa Ia menyinggung tentang Pendidikan  Masa Klasik, dalam hal tersebut Soemanto dan Soenaryo di dalam bukunya menyimpulkan pendidikan pada zaman purba adalah sebagai berikut.

1. bersifat praktis, keterampilan yang diajarkan terutama keterampilan yang berguna untuk hidupnya.

2. bersifat imitative, yaitu meniru apa yang dilakukan orangtuanya.

3. bersifat statis, yaitu hanya terbatas pada kemampuan orangtua yang tetap. (Soemanto dan Soenaryo, 1983:23—24).

            Tiga karakteristik di atas merupakan sifat pendidikan padas zaman purba dimana alat elektronik dan kecanggihan digital belum terpenuhi. Tapi, pada tulisan saat ini Saya ingin membahas tentang “Inovasi pendidikan di masa pandemi”. Tentu, memiliki banyak perubahan yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, sekolah Online pun masih menjadi pro-kontra bagi kalangan atas dan bawah. Tetapi, kita perlu meresapi perkataan Francis Bacon “KNOWLEDGE IS POWER” bahwa pokok kekuatan manusia adalah pengetahuan. Agar, semangat belajar tetap tinggi walau tidak berangkat ke tempat yang kita cintai (sekolah). Berikut ulasan tentang “Inovasi pendidikan di masa pandemi”.

            Mengutip dari Tirto.id tentang “Inovasi Pendidikan dalam Situasi Pandemi” yang diunggah pada 13 Mei 2020 lalu. Bahwa Guru Besar UI dan Founder Rumah Perubahan Renald Khasali dalam tulisannya ‘Virus Bermutasi, Manusia Beradaptasi’ menyatakan:

“Semua tahu, kita sedang dan akan menghadapi masa-masa sulit dalam beberapa tahun kedepan. Tetapi, bukan berarti kita tak bisa berbuat apa-apa. Dalam kondisi uncertainty inilah kemampuan adaptif sangat dibutuhkan”.

            Selain itu, Covid-19 ini pun tentu membuat para mahasiswa dan pelajar keluar dari zona nyaman. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memaparkan bahwa “Satu-satunya carauntuk benar-benar belajar dan tumbuh sebagai individu, mau itu murid atau orang dewasa adalah untuk keluar dari zona nyaman Kita. Di situlah level pembelajaran paling optimal.”

            Tapi, bagaimana pun inovasi cara pembelajaran jarak jauh (PJJ) pun harus dimiliki baik dari seorang guru maupun murid. Pasalnya, terkadang banyak guru yang tidak bisa menggunakan alat elektronik dan murid yang tidak mempunyai kouta untuk mengaktifkan Zoom maupun G-Meet nya. Dan, problematika tersebut seharusnya kita selesaikan dengan rapih seiring berjalannya waktu. Najwa Syihab seorang Inspirator di Indonesia pernah memaparkan “Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan. Tanpa pendidikan, Indonesia tak mungkin bertahan” atau diera pandemi ini kita dapat meliaht perkataan Najwa Syijhab yaitu “Tugas Guru bukan menjejelkan pelajaran, guru harus menghidupkan pengetahuan”. Artinya, guru sebagai pengajar di kelas pun harus memiliki inovasi baru dan tidak kaku dalam pembelajaran. Tentu banyak tips yang dapat ia lakukan, berikut tips dan langkah agar pendidikan dimassa pandemic berjalan dengan baik. Tedy Rizkha Heryansyah memaparkan dalam ruangguru.com yang diunggah pada 17 September 2020:

Pertama, kelola stress

Kedua, membagi kelas menjadi kelompok kecil

Ketiga, mencoba Project Based Learning

Keempat, pertimbangkan tidak kejar target silabus

Kelima, alokasikan bagi murid yang tertinggal

Keenam, saling bantu sesame guru

Ketujuh, Have Fun

            Menurut pengamatan singkat saya selama perkuliahan berlangsung, problematika yang dihadirkan paling besar bagi guru dan murid ialah pada nomer empat dan tujuh. Tentu, menyelesaikan silabus adalah hal yanhg baik. Tapi, jikalau hanya sekedar selesai tanpa pemahaman itu akan menjadi tanda tanya besar. Dan, bagaimana dengan guru yang sudah tua dan murid yang tidak memiliki banyak biaya untuk membeli pulsa internet ketika kuliah atau sekolah. Ini pun, tentu akan menjadi pertimbangan bagi (mendikbud), agar lebih relevan kembali dalam memikirkan sistem yang ada. Tan malaka sebagai tokoh revolusioner Indonesia menurut Dr. Fakhruddin Faiz pernah berkata dalam bukunya semangat muda:

“Idealisme adalah kemenangan terakhir yang dimiliki oleh pemuda”

            Di samping itu, sebagai kalangan milenial kita pun harus membaca dan memahami konsep kehidupan ini lebih jauh lagi. Jostien Gaarden dalam buku fenomenalnya “Dunia Sophie” sebagai buku filsafat yang banyak dibaca oleh  kalangan anak seluruh dunia menyatakan:

“Para filosof  Yunani paling awal kadang-kadang disebut filosof alam sebab mereka hanya menaruh perhatian  pada alam dan proses-prosesnya.”

            Oleh karena itu, sebagai pelajar sudah seharusnya memikirkan hal yang tidak bersifat instan. Mereka perlu proses dalam keadaan yang tidak memungkinkan sekalipun, karena itulah pelajar yang sesungguhnya.

 

Selasa, 06 Juli 2021

Membaca pesan-pesan demokrasi Gus Dur Dalam buku karangan Marwini, S.H.I., M.A., M.Si

 





Berjudul: Gus Dur Kisah Jenaka dan Pesan-Pesan Keberagamaan

 

-          Demokrasi membutuhkan pengorbanan

 

“… demi tegaknya demokrasi, sanaknya keluarga, harta benda, maupun kedudukan apapun yang mungkin dicapai, haruslah ditinggalkan dan dikorbankan oleh penulis (Gus Dur, ed)…”

 

-          Mimpi dan Demokrasi

 

“Ada suatu kejadian menarik tentang bagaimana Gus Dur memberikan pemahaman tentang demokrasi dengan kecerdikan dan humornya. Dikutip dari alagraph .com (18 Desember 2018), bahwa suatu waktu Gus Dur menghadiri acara diskusi tentang demokrasi. Dalam suatu sesi, seperti biasa, Gus Dur ternyata tidur sampai kemudian dia dibangunkan karena ada seorang peserta yang bertanya kepadanya.

 

“Ini diskusi tentang demokrasi ya? Nah, kebetulan tadi saya tidur dan mimpi bertemu Bung Karno. Beliau menjelaskan kepada saya tentang demokrasi yang dipidatokan pada tanggal 1 Juli itu,” kata Gus Dur langsung memulai pembicaraan. Tapi belum selesai Gus Dur berbicara, seorang peserta memprotes dirinya.

 

“Tolong yang serius dong. Ini kan penataran tingkat nasional, masak kita mau membahas mimpi. Topik ini serius, janganlah kita membahas ke soal-soal mimpi,” kata peserta itu.

 

Setelah menyimak protes tadi, Gus Dur kemudian menjawab:

 

“Bagaimana anda-anda ini mau berbicara  dan membangun demokrasi kalau mimpi saja dilarang? Di dalam demokrasi itu ada kebebasan termasuk bebas bermimpi. Kalau anda berani melarang orang bermimpi, pasti anda berani melarang orang lain menggunakan haknya yang lebih penting. Itu bertentangan dengan demokrasi,” tukas Gus Dur.

 

-          Beragama dan Berdemokrasi

 

“… informasi dan ekspresi diri yang dianggap merugikan Islam sebenarnya tidak perlu terlalu “dilayani”. Cukup diimbangi dengan informasi dan ekspresi diri  yang “positif konstruktif”.  Kalau gawat, cukup dengan jawaban yang mendudukan persoalan secara  dewasa dan biasa-biasa saja. Tidak perlu dicari-cari. Islam perlu dikembangkan, tidak untuk dihadapkan pada serangan orang. Kebenaran Allah tidak akan berkurang sedikit pun dengn adanya keraguan orang. Tidak lagi merasa bersalah berdiam diri. Tuhan tidak perlu dibela..”

-          Memilih Kebangsaan, bukan Keumatan

 

“… demokrasi hanya dapat tegak dengan keadilan. Kalau Islam menopang demokrasi maka Islam juga menopang keadilan. Ini penting sekali sebagaimana difirman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, hendaknya kalian menegakkan keadilan.” Ini perintah yang sangat jelas. Yakni perlunya ditegakkan keadilan dalam segala bentuk, baik keadilan hokum, keadilan politik, keadilan budaya, keadilan, ekonomi, maupun keadilan sosial. Keadilan sosial ini sangat penting karena patokan Islam adalah kaidah fikih: Langkah dan kebijaksanaan para pemimpin mengenai rakyat yang mereka pimpin haruslah terikat sepenuhnya dengan kesejahteraan rakyat yang mereka pimpin itu. Karena orientasinya adah kesejahteraan, maka dipentingkan adanya keadilan. Dan orientasi kesejahteraan inilah yang membuktikan demokratis atau tidaknya kehidupan suatu masyarakat.”

 

-           Ancaman demokrasi

 

“Negeri kita tidak mengalami kenyataan demokratis ini, melainan mengadapi dilemma lain lagi. Pers kita sudah menjadi begitu merdeka, hingga mereka pun memuat saja berita fitnah atau kabar bohong, selama ada kekuatan politik “demokratis” yang mereka ikuti. Celakanya, partai-partai politik yang menerapkan kerangka itu, masih kuat sekali melaksanakan KKN. Mereka menakut-nakuti penerapan kedaulatan hokum, dan dengan demikian –merka menciptakan fitnahan dan kabar bohong tersebut untuk menutupi KKN yang mereka lakukan. Yang terpenting bagi mereka, asal KKN yang mereka lindungi terbebas dari penerapan kedaulatan hokum secara tuntas.”

 

-          Pancasila dan Islam

 

“Pancasila ditempatkan kaum muslimin sebagai landasan konstitusional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sedangkan Islam menjadi aqidah dalam kehidupan kaum muslim. Ideologi  konstitusional tidak dipertentangkan dengan agama, tidak menjadi pentingnya (agama, ed) dan tidak diperlukan sebagai agama. Dengan demikian, tidak akan diberlakukan Undang-Undang maupun peraturan yang bertentangan dengan ajaran agama.”

 

-          Demokrasi di ambang pintu

 

“…bangsa kita sudah tiba benar-benar pada ambang pintudemokrasi. Apalah artinya korban-korban yang berjatuhan dalam begitu banyak perjuangan kemerdekaan kita, termasuk peristiwa Universitas Trisakti dan Semanggi pada tahun 1998, jika kita tidak berani menegakkan demokrasi yang sebenarnya melalui pemilu legislatif tahun ini?”

-          Rendah Hati Melihat Manusia

 

“Begitu banyak rahasia menyelimuti masa lampau kita, sehingga tidak layak jika kita bersikap congkak dengan tetap menganggap diri kita benar dan orang lain salah. Diperlukan kerendahan hati untuk melihat semua yang terjadi itu dalam perspektif perikemanusiaan, bukannya secara ideologis. Kalau kita menggunakan kacamata ideologis saja, maka sudah tentu akan sangat mudah bagi kita untuk menganggap diri sendiri benar dan orang lain bersalah. Ini bertentangan dengan hakikat kehidupan bangsa kita yang demikian beragam. Kebhinekaan/keberagaman justru menunjukan kekayaan kita yang sangat besar. Karenanya kita tidak boleh menyalahkan siapa-siapa atau kemelut yang masih menghinggapi kehidupan bangsa kita saat ini.”

 

-          Menghargai Keberagaman

 

“memelihara keadilan hukum tdak dapat dilakuakan dengan cara melanggar hukum itu. Memang mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan, bukan?”

 

-          Perbedaan sebagai Kekayaan

 

“…perbedaan cara hidup adalah sesuatu yang wajar. Ini termasuk dalam apa yang dimaksudkan oleh kitab suci Alquran:”Dan telah ku buat kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bangsa, agar kalian saling mengenal (Wa ja’alnakum syu’uban ila li ta’arafu).” Perbedaan pandangan atau pendapat adalah sesuatu yang wajar bahkan akan memperkaya kehidupan kolektif kita, sehingga tidak perlu ditakuti. Kenyataan inilah yang mengiringi adanya perbedaan kultural (dan juga politik) antara berbagai kelompok Musimin yang ada kawasan-kawasan dunia.”

 

 

 

 

 

Peran dan Kondisi Media Massa dan Demokrasi di Indonesia

​ Peran dan Kondisi Media Massa dan Demokrasi di Indonesia                              FAHRIZAL HISBULAH (11200510000130) Program Studi Kom...