Pendidikan merupakan hal yang begitu penting bagi kalangan masyarakat Indonesia. Dalam buku “SEJARAH PENDIDIKAN NASIONAL, DARI MASA KLASIK HINGGA MODERN” karangan Muhammad Rifa’I bahwa Ia menyinggung tentang Pendidikan Masa Klasik, dalam hal tersebut Soemanto dan Soenaryo di dalam bukunya menyimpulkan pendidikan pada zaman purba adalah sebagai berikut.
1. bersifat
praktis, keterampilan yang diajarkan terutama keterampilan yang berguna untuk
hidupnya.
2. bersifat
imitative, yaitu meniru apa yang dilakukan orangtuanya.
3. bersifat
statis, yaitu hanya terbatas pada kemampuan orangtua yang tetap. (Soemanto dan
Soenaryo, 1983:23—24).
Tiga karakteristik di atas merupakan
sifat pendidikan padas zaman purba dimana alat elektronik dan kecanggihan
digital belum terpenuhi. Tapi, pada tulisan saat ini Saya ingin membahas
tentang “Inovasi pendidikan di masa pandemi”. Tentu, memiliki banyak perubahan
yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, sekolah Online pun masih
menjadi pro-kontra bagi kalangan atas dan bawah. Tetapi, kita perlu meresapi
perkataan Francis Bacon “KNOWLEDGE IS POWER” bahwa pokok kekuatan manusia
adalah pengetahuan. Agar, semangat belajar tetap tinggi walau tidak berangkat
ke tempat yang kita cintai (sekolah). Berikut ulasan tentang “Inovasi
pendidikan di masa pandemi”.
Mengutip dari Tirto.id tentang
“Inovasi Pendidikan dalam Situasi Pandemi” yang diunggah pada 13 Mei 2020 lalu.
Bahwa Guru Besar UI dan Founder Rumah Perubahan Renald Khasali dalam tulisannya
‘Virus Bermutasi, Manusia Beradaptasi’ menyatakan:
“Semua tahu,
kita sedang dan akan menghadapi masa-masa sulit dalam beberapa tahun kedepan.
Tetapi, bukan berarti kita tak bisa berbuat apa-apa. Dalam kondisi uncertainty
inilah kemampuan adaptif sangat dibutuhkan”.
Selain itu, Covid-19 ini pun tentu
membuat para mahasiswa dan pelajar keluar dari zona nyaman. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memaparkan bahwa “Satu-satunya
carauntuk benar-benar belajar dan tumbuh sebagai individu, mau itu murid atau
orang dewasa adalah untuk keluar dari zona nyaman Kita. Di situlah level
pembelajaran paling optimal.”
Tapi, bagaimana pun inovasi cara
pembelajaran jarak jauh (PJJ) pun harus dimiliki baik dari seorang guru maupun
murid. Pasalnya, terkadang banyak guru yang tidak bisa menggunakan alat
elektronik dan murid yang tidak mempunyai kouta untuk mengaktifkan Zoom
maupun G-Meet nya. Dan, problematika tersebut seharusnya kita
selesaikan dengan rapih seiring berjalannya waktu. Najwa Syihab seorang
Inspirator di Indonesia pernah memaparkan “Hanya pendidikan yang bisa
menyelamatkan masa depan. Tanpa pendidikan, Indonesia tak mungkin bertahan”
atau diera pandemi ini kita dapat meliaht perkataan Najwa Syijhab yaitu “Tugas
Guru bukan menjejelkan pelajaran, guru harus menghidupkan pengetahuan”.
Artinya, guru sebagai pengajar di kelas pun harus memiliki inovasi baru dan
tidak kaku dalam pembelajaran. Tentu banyak tips yang dapat ia lakukan, berikut
tips dan langkah agar pendidikan dimassa pandemic berjalan dengan baik. Tedy
Rizkha Heryansyah memaparkan dalam ruangguru.com yang diunggah pada 17
September 2020:
Pertama, kelola
stress
Kedua, membagi
kelas menjadi kelompok kecil
Ketiga, mencoba
Project Based Learning
Keempat,
pertimbangkan tidak kejar target silabus
Kelima,
alokasikan bagi murid yang tertinggal
Keenam, saling
bantu sesame guru
Ketujuh, Have
Fun
Menurut pengamatan singkat saya
selama perkuliahan berlangsung, problematika yang dihadirkan paling besar bagi
guru dan murid ialah pada nomer empat dan tujuh. Tentu, menyelesaikan silabus
adalah hal yanhg baik. Tapi, jikalau hanya sekedar selesai tanpa pemahaman itu
akan menjadi tanda tanya besar. Dan, bagaimana dengan guru yang sudah tua dan
murid yang tidak memiliki banyak biaya untuk membeli pulsa internet ketika
kuliah atau sekolah. Ini pun, tentu akan menjadi pertimbangan bagi (mendikbud),
agar lebih relevan kembali dalam memikirkan sistem yang ada. Tan malaka sebagai
tokoh revolusioner Indonesia menurut Dr. Fakhruddin Faiz pernah berkata dalam
bukunya semangat muda:
“Idealisme
adalah kemenangan terakhir yang dimiliki oleh pemuda”
Di samping itu, sebagai kalangan
milenial kita pun harus membaca dan memahami konsep kehidupan ini lebih jauh
lagi. Jostien Gaarden dalam buku fenomenalnya “Dunia Sophie” sebagai buku
filsafat yang banyak dibaca oleh kalangan anak seluruh dunia menyatakan:
“Para filosof Yunani paling awal kadang-kadang disebut
filosof alam sebab mereka hanya menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya.”
Oleh karena itu, sebagai pelajar
sudah seharusnya memikirkan hal yang tidak bersifat instan. Mereka perlu proses
dalam keadaan yang tidak memungkinkan sekalipun, karena itulah pelajar yang
sesungguhnya.