Sabtu, 30 Oktober 2021

Kontribusi Santri di Era Digital

 


Dalam catatan sejarah, kontribusi santri terhadap bangsa dan Negara sangatlah besar. Momentum Hari Santri Nasional yang diselenggarakan pada 22 0ktober merupakan bentuk rasa terimakasih Negara kepada para santri yang telah berjuang mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Di samping itu pula, besarnya kontribusi santri terhadap Negara pun tidak terlepas dari keharmonisannya mereka kepada masyarakat. Terlebih, pesantren tua di Indonesia biasa memberikan nama pondoknya dari nama daerah atau pun tempat yang mereka singgahi.

          Dalam tulisan kali ini, saya tidak akan bicara soal itu. Tetapi diera zaman milenial ini, apakah santri memiliki kontribusi terhadap dunia digital?, lalu, seberapa besarkah hambatan yang dilalui para santri yang notabene adalah seorang pelajar kitab kuning, ilmu alat, ilmu sharaf, ilmu manthiq, dan cabang sumber keilmuan klasik lainnya?, terakhir sebesar apa kontribusi yang telah santri berikan terhadap platform media digital ini?

          Dalam menjawab beberapa pertanyaan tersebut, tentu kita perlu melihat komposisi Pesantren terlebih dahulu. Sejauh yang saya amati, pesantren yang berlatar belakang kuno terkadang tidak terlalu mementingkan digital atau dalam bahsa lain mereka hanya berdigital sesuai dengan kebutuhannya saja. Tidak terlalu memprioritaskan dan tidak meninggalkan jejak tersebut. Akan tetapi, kita tidak bisa melihat dari kaca mata itu saja, kendatri demikian justru anak-anak Kiai lebih gagah dan keren dalam bermedia sosial. Artinya, ini kembali kepada diri mereka masing-masing secara individu. Pada saat ini pula, kita bisa melihat akun instagram Santri Mengglobal yang dipimpin oleh Dito Alif Pratama, MA. dalam suatu acara di Pesantren luhur ilmu hadis Darussunnah Jakarta Institute For Hadith Sciences saya mendengar pemaparan yang begitu indah tentang toleransi yang disampaikan Dito Alif Pratama ketika Ia pertama kali nya Shalat di Masjid al-Aqsha dan diantarkan oleh salah satu orang non-Muslim ketika ada suatu pertemuan. Dan, ini menunjukkan bahwa santri pada saat itu pun sudah dibilang tidak dapat dilihat sebelah mata kembali. Dan, bagaimana dengan santri yang sekarang yang seharusnya makin sukses dalam menjaga nilai pesantren dan berperan aktif dalam dunia digital.

          Kembali sebelum menjawab pertanyaan apakah santri memiliki kontribusi terhadap dunia digital, perlu kita renungkan juga bahwa konsep dasar al-Muhafadzatu ala Qadim al-Shalih, Wa al-Akhzu bi al-Jadid al-Ashlah (merawat tradisi merespon modernisasi) merupakan suatu maqalah (perkataan) dari para leluhur kita bahwasannya kesiapan dalam menghadapi dunia digital atau pun ranah jihad (perjuangan) yang baru adalah keniscayaan yang harus kita hadapi bersama. Mungkin, pada zaman dahulu para santri hanya menyebarkan agama di Kampung nya saja. Tetapi kini, platform digital pun perlu sama-sama kita hadapi dan isi bersama-sama. Dalam catatan, kita tidak meninggalkan adat istiadat yang pernah diisi oleh leluhur kita khsus nya para santri umumnya masyarakat Indonesia.

          Terakhir, sebelum menjawab pertanyaan apakah santri memiliki kontribusi dalam dunia digital, tentu sebagai santri kita tidak boleh merasa lebih hebat daripada leluhur kita. Bagaimana pun, mereka lah yang pertama kali membukakan kita untuk mengenal alif, ba, ta, tsaa’, jim, ha, kha, dan sehingga kita dapat menjadi mengenal kitab kuning, membaca al-Qur’an, membahami hadits, dan terlebih semisal kita memahami ilmu balaghah. Itu semua merupakan hasil doa leluhur kita, agar kita paham bahwasannya ilmu ini sangat luas, belajar itu sampai titik darah penghabisan, belajar lah sama siapa pun yang kamu jumpai, dan pendidikan paling tinggi adalah al-Tathbiq (praktik) yang kita amalkan dan berikan kepada masyarakat maupun keluarga besar kita khususnya.

Apakah santri memiliki kontribusi terhadap dunia digital?

Pertama, dalam menjawab pertanyaan di atas tentu kita harus membuka dengan berbagai perspektif. Bahwasannya, santri pada era saat ini bukan saja dituntut untuk pandai dalam membaca naskah kitab kuning. Akan tetapi, kepandaiannya dalam bermedia sosial pun harus dikembangkan dan diolah agar dapat bersaing ketat dalam dunia Internasinal bersama para siswa lainnya. Kontribusi pertama tentu terletak pada santri dapat mengubah dunia digital yang awalnya kotor dan penuh dengan ujaran kebencian, justru saat ini mampu menjadi wadah bagi penyebaran ilmu pengetahuan dan pengembangan bakat keterampilan bagi para masyarakat Indonesia khususnya. Dan, hal tersebut dapat menjadi positif apabila didukung dengan transisi yang memadai daripada para santri tersebut.

Kedua, dalam menjawab kontribusi santri terjadap dunia digital kita pun tidak akan luput dari lahirnya media massa ataupun sosial yang mendukung santri untuk terus maju dan berkiprah pada posisinya masing-masing. Seperti akun instagram @santrimengglobal sebagai pusat edukasi, informasi, dan motivasi agar para santri nantinya tidak hanya dapat membaca kitab, akan tetapi juga dapat memebaca masyarakat dan terlebih mereka dapat membaca dunia Internasional dengan pancaran mata pengetahuan. Oleh karena itu, belajar banyak hal terhadap suatu yang dirasa kita baru adalah suatu keniscayaan bahwa ilmu pengetahuan itu selamanya akan maju dan zaman akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia yang ada di dalamnya.

Terakhir, kontribusi santri yang paling terlihat dalam dunia digital ialah mampu mengajak masyarakat milenial yang non-akademis untuk belajar melalui platform media yang mereka miliki. Ini merupakan sumbangsih yang sangat besar dari santri untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

lalu, seberapa besarkah hambatan yang dilalui para santri yang notabene adalah seorang pelajar kitab kuning, ilmu alat, ilmu sharaf, ilmu manthiq, dan cabang sumber keilmuan klasik lainnya?

Tentu, hambatan terbesar yang dialami bagi para santri adalah bagaimana mereka dapat mengolah media bukan saja dengan keilmuan yang memadai, tapi juga bagaimana mengajak para pembaca dan penonton itu tertarik pada apa yang mereka post atau pun unggah dalam platform Instagram, Facebook, dan lain sebagainya.

Terakhir, sebesar apa kontribusi yang telah santri berikan terhadap platform media digital ini?

Sebesar pengorbanan santri ketika lascar ulama-santri dan resolusi jihad sebagai garda depan menegakkan Indonesia pada 1945-1949 yang lalu. Oleh karena itu, sumbangsih santri dalam dunia platforam digital sudah tidak bisa diragukan kembali, sumbangsih santri dalam dunia Nasional berupa perlawanan terhadap penjajah, dan sumbangsih santri terhadap dunia Internasional adalah ketika Presiden keempat Gus Dur mampu membrikan wajah Indonesia yang gemilang ke dalam mata dunia Internasional.

Terakhir, guru saya pernah berpesan yang tercantum dalam buku “Khadimun Nabi, Membuka Memori 1971-1975 Bersama Prof. KH. Ali Mustahofa Ya’qub”:

“Kalau saja semua santri menjadi santri 24 karat. Menjadi santri yang sungguhan tidak Cuma belajar, namun juga riyadhah, pastilah hidupnya bermanfaat di tengah-tengah masyarakat. Karena, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.”



Peran dan Kondisi Media Massa dan Demokrasi di Indonesia

​ Peran dan Kondisi Media Massa dan Demokrasi di Indonesia                              FAHRIZAL HISBULAH (11200510000130) Program Studi Kom...