Selasa, 30 Maret 2021

Dakwah bil hal di tengah Masyarakat

 



            Dakwah merupakan mengajak kebaikan kepada seseorang melalui pendekatan lisan maupun perbuatan. Dalam hal ini, kita akan membahas dakwah bil hal (mengajak kebaikan melalui pendekatan perbuatan). Bagaimana pun, dakwah di era milenial ini memiliki sangat banyak manhaj (metode). Dan, sebagai siswa maupun mahasiswa sudah sepatutnya kita berperan aktif di tengah masyarakat. Apapun cara yang kita berikan, itulah yang mereka butuhkan. Seperti menjadi guru ngaji di Tajug-tajug, mengajar masyarakat kampung yang kurang mampu secara finansial biaya ataupun sumbangsih lainnya dalam bentuk yang nyata.

            Berikut penjelasan Dr. Abdul Karim Zaidan tentang dakwah bil hal:

المقصود بالعمل: نريد بالعمل هنا في مجال التبليغ إزالة المنكر فعلا و هذا هو الغالب و يجوز أن لا يكون في العمل إزالة منكر و إنما فيه اقامة معروف مثل بناء مسجد أو مدرسة أو نحو ذلك مما يسهل أو يحقق اقامة شرع الله في جانب من جوانب و يكون هذا العمل كدعوة صامتة إلى الإسلام و وسيلة فعالة من وسائل نشر الدعوة إلى الله[1]

            Dalam hal ini, kita dapat beajar bahwa dakwah itu bukan hanya ceramah dan penyampaikan publik di atas mimbar Agama semata saja. Tapi, membangun masjid, membangun madrasah untuk sekolah, itu pun masuk dalam kategori menyebarkan agama Allah Swt yang mulia ini. Oleh karena itu, menyebarkan Agama Islam ini sudah sepatutnya kita sebarkan dengan perbuatan kita. Dalam artian, bukan hanya perkataan dan nasehat saja. Tapi, tathbiq bil hal (praktek dengan perbuatan) pun menjadi salah satu jalan dakwah yang baik di tengah masyarakat. Karena, masyarakat tidak melihat apa yang telah kit abaca, referensi apa yang kita gunakan, tapi mereka hanya melihat apa yang kita perbuat di tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

            Dalam hal ini, bagi para pendakwah maupun Ustaz kondang sudah sepatutnya mengikuti empat sifat Nabi Muhammad Saw, yaitu:

a. Shidiq (jujur) b. Amanah (dapat dipercaya) c. Tabhliqh (menyampaikan) d. Fathanah (cerdas)

            Empat kriteria dakwah di atas merupakan hal yang sangat terpenuhi, terlebih dakwah bil hal bukanlah sesuatu yang mudah. Karena, kita terjun langsung di tengah masyarakat, memberi pengarahan intelektual (pengetahuan) maupun spiritual (keagamaan). Shidiqh, artinya pendakwah harus bersifat jujur dan tidak boleh membohongi kalangan masyarakat awam yang butuh bimbingan ilmu dari nya, amanah artinya pendakwah harus menepati janji dan melaksanakan apa yang telah ia sampaikan melalui lisannya. Dalam artian pula, amanah bukan hanya keluar dari lisan al-Dai (pendakwah) tapi juga harus mempraktekan dalam kehidupan sehari-harinya, tabliqh artinya menyampaikan kepada semua masyarakat tidak pandang kasta (garis turun kehidupan), dan terakhir fathanah artinya ia harus pintar atau minimal lulusan pesantren agar ketika ia ditekan oleh suatu masalah maka ia menjawabnya dengan ilmu pengetahuan bukan asal-asalan. Dan, inilah problematika para pendakwah di tengah masyarakat perkotaan maupun perkampuan.



[1] Dr. Abdul Karim Zaidan, Kitab ushul al-Da’wah hal. 482

Sabtu, 20 Maret 2021

Tulisan buat Kang Jalal

 


Tulisan buat Kang Jalal


Karya mu kami kenang Pak.....

Kang Jalal merupakan tokoh cendekiawan Muslim, ia lahir di Bandung pada 29 Agustus 1949 dan meninggal pada 15 Februari 2021 di kota tempat kelahirannya. Kang Jalal, disamping menjadi cendekiawan pembaharu Islam, ia pun menjadi tokoh politikus terkemuka PDI-P dan puncak karir politik nya ialah ketika ia terpilih menjadi anggota komisi VIII (agama dan sosial) periode 2014-2019.

Kang jalal, merupakan cendekiawan Muslim yang dibesarkan dalam Culture keberagamaan Nahdliyyin, kemudian ia aktif berperan dalam gerakan Muhammadiyyah, hingga akhirnya ia memutuskan untuk hadir bersilaturahmi dengan salah satu organisasi Syiah di Indonesia yang bernama Jamaah ahlu bait Indonesia pada awal tahun 2000-an.

Pada Minggu, 21 Maret 2020 lembaga Rasionalika membedah pemikiran Kang Jalal dalam buku nya yang berjudul "Islam Alternatif dan Islam Aktual", disitu terdapat beberapa hal yang untuk menjadi bahan renungan bagi kita Kaum Muda yang berintelektual ala milenial.

~ "Kadang Kita terjebak pada Enteristik saja, tidak pada Interistik." Yaitu, kita terjebak pada luar pembahasan nya saja, tidak pada akar terdalam inti dari pembahasan itu. Semisal, contoh sederhananya ialah Kita shalat masih karena menggugurkan kewajiban, bukan karena hati dan jiwa yang menggerakannya. Sehingga, jangan salah jika banyak orang yang shalat tapi masih berperilaku munkar (keji).

Kemudian, Kang Jalal dalam buku nya pun menyebut bahwa sunnah itu ada 2, yaitu: Sunnah hasanah dan sayyiah. Keduanya sama-sama baik, tapi hanya berbeda dalam masalah ego saja. Sunnah hasanah ialah "sunnah yang menggerakan pada kebaikan", sementara sunnah sayyiah ialah "kebaikan individual, tanpa empati kepada masyarakat sekitar".

Oleh karena itu, Kang Yaufi memaparkan terkait dual hal sunnah tersebut, yaitu:

"Jangan ada egois dalam beragama".

Oleh karena itu, Kang Yaufi pun memaparkan beberapa gagasannya tentang Agama sebagai berikut:

~ "Kalau Agama terlalu diformalkan, maka Kamu terlalu dangkal memahami Agama."

~ "Agama itu sudah formal, maka jangan diformalkan."

~ "Agama sebagai kontrol sosial, bukan polisi sosial."

Artinya, beragama itu bukan berarti Kita menjadi polisi lalu lintas bagi cara beragama orang lain, akan terapi justru dengan beragama lah kita menjadi polisi sosial yang selalu hadir ketika Kaum al-Mustadafin (yang lemah) membutuhkan bantuan terhadap Kita.

Dan, satu hal yang sangat perlu Kita belajar dari sosok Kang Jalal ialah prinsip keterbukaan sebagai bahan membuat perubahan dan agungnya makna silaturahmi yang ia kemukakan. Silaturahmi dengan banyak hal kita lakukan, baik bersifat sosial, intelektual, maupun spiritual. Itu semua nya dapat kita lakukan, bukan hanya silaturahmi Verbal yang sering kita lakukan ketika hari raya saja.

Tulisan ini, saya tunjukan kepada almarhum Kang Jalal yang telah wafat tapi karya nya tetap bermanfaat. Semoga berkah, dan silaturahmi intelektual ini akan kami terus lakukan walau tempat dan waktu sudah memisahkan Kita. Semoga berkah, untuk almarhum Kang Jalal kami doakan agar berada disisi Allah Swt yang terbaik, bagaimana pun karya mu akan selalu kami kenang sebagai silaturahmi intelektual📄📄📄



Minggu, 14 Maret 2021

ISLAM, OTORITARIANISME, DAN KETERTINGGALAN karya Ahmet T. Kurru (Guru Besar San Diego University)

 



ISLAM, OTORITARIANISME, DAN KETERTINGGALAN karya Ahmet T. Kurru (Guru Besar San Diego University).

Membaca pemikiran Ahmet T. Kurru dalam pertemuan Rasionalika, hari Minggu, 14 Maret 2021.

Kang Yaufi

"Perkembangan kawan-kawan tergantung pada bacaan."

Bagaimana pun, membaca adalah melawan. Melawan apa ketidaktahuan yang kita miliki, melawan kebodohan yang selalu menghantui kita akan hitam nya suatu yang baru dimuka bumi ini, dan melawan apa yang sebenernya salah menurut ideologi, ilmu pengetahuan, dan hukum sosial.

Kalau kita bicara soal membaca, kita akan mengetahui bahwa ayat yang pertama kali turun adalah tentang "membaca" kemudian "menulis". Artinya, selain membaca kita pun harus senantiasa menuangkan pemikiran kita dalam bentuk tulisan ataupun bentuk pengajaran kepada mereka yang belum tahu apa yang kita ketahui.

"Kualitas Negara ditentukan oleh Ekonominya".

Tentu, Negara yang sejahtera adalah Negara yang tidak membuat rakyatnya menderita. Dan, rakyat yang sejahtera adalah rakyat yang mandiri dan tidak selalu banyak meminta-minta kepada Negara. Artinya, antara rakyat dan pemerintahan pada suatu kenegaraan harus memiliki simbiosis mutualisme. Yaitu, keduanya harus berjalan berdampingan, bersahabatan, dan saling jabat tangan dengan ramah bukan justru saling menjatuhkan.

"Ulama itu seharusnya menjadi Pelatih, bukan Pemain."

Dalam konteks kenegaraan, Ulama atau pemuka agama harus memiliki posisi yang luhur dan tinggi dalam kanca kenegaraan maupun kebangsaan. Artinya, tidak perlu bagi ulama atau pemuka agama menjadi bagian daripada politik tertentu. Karena, itu hanya akan menjadi bahan permainan politik bagi politikus yang berkuasa.

Oleh karena itu, "Setiap orang punya perannya masing-masing."

Berikut pembicaraan Kang Yaufi tentang Otoriter dan demokratis ada suatu keperintahan:

"Otoriter dan Kritik bukan inti dari keperintahan".

"Setiap pemerintah itu pasti ada sisi demokratis dan otoriternya".

"Dalam suatu keadaan, disisi otoriter itu pasti ada sisi demokratisnya."

"Diksi Otoriter dan Demokratis itu bukan suatu yang bisa dikotomikan."

Dalam hal itu pula, Bang Qalbun Salim berbicara tentang Agama dan Negara, berikut pemaparannya:

"Jikalau Ulama dan Umara menyatu, maka agama dan negaranya bagus".

Artinya, kedua nya tidak ada yang selalu menguntungan dan merugikan. Akan tetapi, kedua nya berjalan sesuai dengan porsi dan sumbangsihnya terhadap spiritualitas dan intelektualitas nya masing-masing.

Bukan hanya itu pula, Bang Qalbun pun menyampaikan "Orang kalau mau maju peradabannya, bersihkan dulu hatinya."

Dan, sebagai penutup Kang Yaufi memaparkan "politik akan kuat apabila ditopang dengan tiga element:

A. State (Negara).
B. Civil society (Masyarakat madani).
C. Market (Perdagangan pasar)."

Oleh karena itu, tiga element tersebut harus berhajalan bersahabat bukan menjadi musuh di tengah saat. Apabila Market nya saja yang jalan, maka Negara akan ditunggangi oleh para pengusaha. Dan, apabila Negara nya saja yang jalan, maka masyarakat madani menjadi budak dan perdagangan pasar akan dimanfaatkan oleh para politikus licik dan cerdik.

Dan, sebab inti kemunduran Umat Islam ialah bukan soal politik, sosial, maupun perdagangan pasar. Akan tetapi, Umat Islam berada pada dua keadaan:

A. Umat Islam itu Jahil anil Islam (tidak tahu akan ajaran Islam).

B. Umat Islam itu mutajahil anil Islam (pura-pura tidak mengerti tentang ajaran Islam).

Semoga berkah dan bermanfaat, dan saya berterimakasih atas sumbangsih ilmu nya Ahmet T. Kurru. Semoga dapat dibaca oleh banyak kalangan Muslim dan menjadi diskusi khusus pada kalangan Mahasiswa Muslim lainnya.





Minggu, 07 Maret 2021

Bahtsul Masail penuh makna

 


Pesan para Asatiz di tengah acara Bahsul Masail

Ustad Yaufi

~ "Setiap suatu itu ada positif dan negatifnya".
~ "Biarkan teks itu bicara sesuai dengan keinginan teks itu sendiri".

Ustad Ahmad Ubaidi Hasbillah

~ "Pelatihan itu terkadang memaksa, tapi tidak menggunakan kekerasan."

Ustad Ali al-Hudaibi

~ "Antum shaleh sekarang, masyarakat sekitar yang merasakan."
~ "Bimbing santri itu jangan lahirnya saja, tapi batinnya juga".

Ustad Zia ul-Haramain

~ " الدنيا كلها ظلمة إلا مجالس العلماء"

الحسن البصري

Penutup, "Dibalik itu semua Kita adalah Santri".

Semoga berkah

Peran dan Kondisi Media Massa dan Demokrasi di Indonesia

​ Peran dan Kondisi Media Massa dan Demokrasi di Indonesia                              FAHRIZAL HISBULAH (11200510000130) Program Studi Kom...